Judulnya rada serem ya? Masak iya baksonya sekeras batu kerikil? Atau malah dicampur kerikil? Hehehehehe…nggak lah masbro, itu cuma istilah lokal, untuk menamai penampakan bakso ini. Dulu banget, sekitar 10 tahun yang lalu lebih, sudah ada warung bakso bertitel sama, didaerah yang sama juga. Nggak tahu, sekarang masih ada atau nggak, soalnya saia lupa lokasi persisnya, hehehe, maaf 
Nah, kalo warung ini, lokasinya di Jl Tumapel, Singosari-Malang. Bertempat tepat di pinggir jalan, sebelah barat lapangan Tumapel. Jadi arahnya, ke desa Klampok, Singosari. Dengan tenda terpal sederhana, warung kecil semi permanen ini, rutin buka mulai siang hingga dagangan habis.

Menunya? Ya Bakso Krikil itu 😆 Sebutan “krikil” untuk menyebut bakso yang dibuat dalam ukuran kecil-kecil, hampir mirip cilok. Yang jelas, telaten saat membuatnya, kata ibu penjual sambil senyum.
Saia pesan seporsi bakso campur. Weleh…minimalis nih porsinya, kalo buat saia 😆 Semangkuk bakso krikil campur berisi sekitar 10 biji bakso krikil (kalau nggak salah hitung), kemudian sebiji bakso kasar berukuran sedikit lebih besar, siomay basah/kukus, siomay goreng, tahu dan bihun. Karena sepintas merasa porsinya tergolong kecil, saia mencomot sebuah lontong. Lontong disiapkan dalam sebuah baki, pembeli tinggal ambil sendiri, baru deh nanti dihitung semua.
Soal rasa, biasa saja menurut saia. Karena, menurut saia, daya tarik yang utama adalah ukuran baksonya
Yang jelas, aroma asap, karena proses memasak menggunakan arang/kayu khas pedesaan, melekat di baksonya. Jadi ya..gimana gitu, beda lah dengan bakso lain di perkotaan. Skip–skip, segera tandas semangkuk bakso krikil plus lontong. Saatnya membayar. Selembar sepuluhribuan, ternyata masih ada kembalian IDR 3000. Nah, murah to? Seporsi bakso krikil IDR 6000, lontongnya seribu. Lumayan, untuk mengganjal perut, toh sampe rumah, jelas langsung makan lagi 
Monggo, yang penasaran silakan mencoba…yang jelas, ini bukan cilok/aci dicolok, asli bakso..bakso imut dan minimalis.