Dilema taat aturan malah “dibully” pengendara lain

Pagi masbro..

Berkendara di jalanan, sudah sepatutnya taat aturan lalu lintas, hati-hati dan bila perlu, saling toleransi dengan pengendara lain. Namun, adakalanya, dan malah sering terjadi, kondisi ideal itu tidak tercapai. Padahal, peraturan lalu lintas termasuk rambu-rambu, marka jalan dan lampu lalin/TL disiapkan untuk dipatuhi demi keselamatan bersama

Dan susahnya, sering terjadi juga, pengendara yang patuh aturan, malah jadi korban “bully” pengendara lain di jalanan, gegara taat rambu. Repot ya? Apa saja contohnya?

  • Belok kiri di persimpangan

Di beberapa lokasi, di kota Malang saja, ada titik persimpangan dengan lampu TL yang menerapkan aturan berbeda. Misal di persimpangan Rajabali, itu lho, daerah heritage Kayutangan, kendaraan diperbolehkan belok kiri langsung. Dengan terpasangnya petunjuk kelir biru, BELOK KIRI JALAN TERUS. Namun, di lokasi lain, salah satunya di persimpangan masjid Sabilillah Blimbing, yang tertulis adalah petunjuk BELOK KIRI IKUTI LAMPU APILL/TL

Saat berhenti untuk menunggu lampu hijau belok kiri di persimpangan tersebut, yang bertanda nggak boleh belok kiri langsung, sering banget diklakson dari belakang. Disuruh maju dan belok kiri langsung, padahal lampu belum hijau. Mungkin, entah nggak bisa membaca rambu atau masa bodo, dipikir semua persimpangan boleh belok kiri langsung. Gemes dan geram sih, tapi redam emosi saja sambil bertahan tetap diam ditempat menunggu lampu hijau di tengah gempuran klakson

  • Lampu kuning TL gaspol

Lampu kuning pada traffic light, merupakan isyarat hati-hati, awas. Biasanya menyala saat hendak berganti warna, dari hijau ke merah, yaitu memperingatkan pengendara untuk bersiap-siap berhenti, atau sebaliknya, dari merah ke hijau untuk siap jalan. Yang sering terjadi di lapangan, justru parah

Saat lampu kuning menyala, menuju ke lampu merah, banyak pengendara yang justru gas pol. Maksudnya, menambah kecepatan kendaraan supaya lolos dan nggak terjebak lampu merah. Bahaya banget sih, apalagi pada persimpangan yang ramai dan padat. Ditakutkan, pengendara dari arah lain juga melakukan hal yang sama. Bisa ditebak resikonya, bisa terjadi tabrakan

Padahal, resikonya nggak sepadan dengan sisa waktu yang dikejar. Berhenti kena lampu merah, paling berkisar 1-2 menit saja, kecuali di beberapa daerah unik yang lampu merahnya ajaib, lama banget diatas 3 menit, misal daerah Pingit Jogja atau Kiaracondong Bandung

Yuk, tetap hati-hati dan selalu patuhi rambu serta peraturan lalu lintas. Demi keselamatan bersama, itu tujuan pihak berwajib memasang rambu dkk di jalanan. Kuncinya adalah pengaturan waktu bila alasan buru-buru. Bener nggak??? Tetap #cariaman yaaa

Semoga berguna

Advertisement

2 comments on “Dilema taat aturan malah “dibully” pengendara lain

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s