Pagi masbro..
Sepeda motor, yang beredar di tanah air, secara umum bisa dibagi dalam 3 jenis. Yaitu motor bebek, motor sport dan motor matik skutik. Perbedaan, selain fisik dan bentuk bodi motor, adalah pada sistem transmisi penyaluran daya mesin ke roda.
Motor matik/skutik, paling ringkas. Karena menggunakan kopling otomatis, dan percepatan otomatis. Pengendara nggak perlu merubah percepatan secara manual, cukup mainkan gas, maka sistem percepatan otomatis CVT akan menyesuaikan. Motor bebek, mengunakan kopling otomatis, namun persneling/percepatan diubah secara manual, yaitu dengan menginjak tuas persneling kaki. Motor sport, nyaris sama. Punya percepatan manual, yang juga diubah dengan jalan diinjak, namun masih ditambah dengan pengoperasian kopling yang harus menarik tuas tangan, sebelum merubah percepatan.
Pengguna motor sport, meski paling ribet karena kudu mainkan kopling dan ubah percepatan manual, tetap diminati karena memang secara handling dan performa dirasa lebih mantap. Namun, kebiasaan saat berkendara motor sport, seringkali ada beberapa yang kurang tepat. Antara lain penggunaan tuas kopling
Sebelum bisa merubah gigi persneling, kopling harus dibuat bebas, yaitu dengan menekan tuas kopling secara penuh. Seringkali, saat berhenti di lampu merah, atau kena macet yang lumayan lama, pengendara motor sport lebih sering menekan tuas kopling secara penuh dalam jangka waktu lama. Alasannya, lebih praktis, karena nggak perlu oper persneling lagi. Begitu mau jalan, tinggal main gas dan lepas tuas gas, motor langsung ngacir.
Tanpa disadari, kebiasaan tetap posisi persneling masuk dan hanya menekan tuas kopling supaya motor berhenti, lama-kelamaan bisa membuat umur komponen kopling menurun. Terutama, kabel kopling dan per serta jangan lupakan, kampas kopling. Kabel kopling, dipaksa meregang terus dan ditarik tuas dalam waktu lama, sementara kampas kopling, dalam posisi mesin menyala dan berputar, dipaksa unuk meregang alias nggak bersentuhan dan tidak menyalurkan putaran ke transmisi
Kabel kopling, akan berusia lebih pendek karena durasi ditarik lebih lama. Apalagi kalau sering kena macet. Sementara, beban per kopling dan kampas kopling juga sama, dipaksa menekan/meregang terus supaya tenaga mesin tidak tersalur ke transmisi. Belum lagi, efek pegal pada tangan pengendara, karena sering menekan dan menahan tuas kopling dalam waktu lama
Solusinya, memang kudu sedikit merubah kebiasaan. Biasakan, selalu memposisikan gigi persneling pada netral sehingga bisa melepas tuas kopling secara bebas.
Selain tangan kiri pengendara lebih rileks dan santai, nggak menekan tuas kopling terus menerus, mesin motor pun lebih santai. Posisi kopling bebas, transmisi juga. Jadi ya hanya berputar langsam saja. Hanya saja, kendala adalah kudu sedikit ribet saat hendak berakselerasi/jalan lagi, karena pengendara wajib menekan tuas kopling dan memasukkan gigi persneling lagi. Demikian seterusnya.
Rada merepotkan memang, namun lebih aman untuk pengendara dan motor. Tangan nggak pegal, komponen mesinjug alebih panjang umur, alias lebih awet. Yuk dicoba merubah kebiasaan ya mulai sekarang. EH, ada tapinya. Kalau hanya terjebak macet sebentar, bisa saja kok hanya menahan tuas kopling sementara gigi persneling masuk. Kecuali, kalau kena macet parah atau berhenti di lampu merah, silakan netralkan posisi gigi persneling
Semoga berguna