Pagi masbro..
Artikel kali ini, rada teknis yak. Menyangkut safety soalnya, hehehehe. Piranti pengereman, pada motor jaman sekarang, sudah jamak menggunakan rem cakram, Nah, sebagai media penggerak alias penekan piston, digunakanlah cairan yang namanya minyak rem.
Minyak rem ini mempunyai tanggung jawab yang besar karena bila sistem rem kehabisan minyak rem, maka bahaya akan mengintai. Rem tidak bisa bekerja maksimal, bahkan resiko rem blong yang ujungnya taruhan nyawa nih.
Nggak banyak, yang belum memahami kapan saat harus mengganti minyak rem, bahkan banyak juga yang tidak ngeh atau ngarti gejala saat minyak rem sudah berkurang atau harus diganti. Meski dinamakan ‘minyak’ namun minyak rem sangat berbeda proses pembuatannya dengan minyak bumi ataupun pelumas. Minyak rem terbuat dari bahan kimia sebagai bahan dasar dan ini serupa dengan bahan anti beku pada radiator coolant yaitu ethylene glicol. Bahan dasar ini termasuk bahan beracun dan perlu seratus tahun bagi alam untuk menguraikannya. Makanya jangan buang sisa minyak rem sembarangan yaa..
Balik ke minyak rem. Minyak rem harus memiliki spesifikasi khusus terhadap perubahan suhu, seperti titik didih dan sifatnya yang tidak berubah drastis pada suhu tinggi karena tugasnya yang berat, memberikan daya tekan pada piston kaliper rem cakram. Anti karat dan melumasi komponen sistem rem juga adalah bagian dari tugas minyak rem lainnya. Ternyata, banyak kan tugasnya, nggak sekedar cairan yang menekan piston kaliper rem??
Penggolongan atau klasifikasi minyak rem dapat dilihat atau ditandai dengan istilah DOT atau Departement Of Transportation (USA) yang menentukan tingkat spesifikasi minyak rem. Semakin tinggi angka yang dibelakang DOT berarti pula semakin tinggi titik didihnya.
Minyak rem pada sepeda motor, biasanya punya spesifikasi DOT 3 atau DOT 4. Spesifikasi DOT 3, 4 dan 5 mengandung Polyglycol ethers yang hydroscopis atau menyerap air, sehingga bila dicampur/tercampur air, minyak rem tersebut tetap berwujud sama sekalipun sifatnya sudah berubah. Polyglycol hanya berkemampuan setengah silikon dalam menerima tekanan.
Nah, berhubungan dengan menjaga semua fungsinya, speerti oli mesin dan oli pelumas lainnya, minyak rem juga perlu diganti .Minyak rem lama dikuras dan dibuang, yang secara otomatis akan membuang air dan kotoran dari sistem pengereman karena kandungan air yang diserapnya bisa menyebabkan karat pada kaliper dan piston rem. Maka disarankan, ganti minyak rem secara menyeluruh, setidaknya setiap 50.000 km. Kuras minyak rem , kalau istilah di bengkel resmi
Untuk performa yang tetap baik yaitu dengan memakai minyak rem baru tentu membuat sistem rem kembali bekerja optimal. Air atau uap air, yang berpeluang merusak kinerja pengereman dapat ditemukan hampir pada semua sistem rem. Uap air memasuki sistem melalui banyak jalan. Umumnya uap air masuk ke minyak rem yang kemasannya terbuka. Sekedar tahu nih, minyak rem mampu menyerap uap air dari lingkungan karena kelembaban di wilayah tropis mencapai lebih dari 60 %. Untuk itu kemasan minyak rem sebaiknya ditutup dengan rapat jika akan disimpan untuk waktu yang lama. Air juga bisa masuk melalui difusi, sebagai akibat selang-selang karet rem yang mengeras sehingga menimbulkan pori-pori mikroskopik. Penggunaan selang yang terbuat dari bahan EPDM (Ethlene-Propylene-Diene-Materials) dapat mengurangi difusi. Atau penggunaan selang teflon yang dibungkus anyaman kawat termasuk salah satu cara mengurangi difusi, termasuk menahan tekanan tinggi dari minyak rem saat tuas rem ditekan maksimal. Kalau bahasa anak motor, ya selang racing itu lho….braided
Makanya nih, ketika mengganti atau menguras minyak rem, segera tutup kembali tabung silinder master rem. Air dapat pula terbentuk dalam saluran dan kaliper akibat kondensasi. Air hasil kondensasi ini menyebabkan sistem rem jadi lebih keras ataupun memungkinkan untuk terjadinya karat.
Pada kondisi darurat, pencampuran minyak rem bermerek beda namun berspesifikasi sama, dapat dilakukan. Namun, sebaiknya harus segera diganti karena pada dasarnya kita tidak mengetahui secara spesifik bahan dari masing-masing merek tersebut. yang penting dan perlu digarisbawahi, jangan pernah mencampur minyak rem berbahan dasar glikol (DOT3, DOT 4, dan DOT 5.1) dengan minyak rem berbahan dasar silikon (DOT 5) karena tidak akan pernah bisa bercampur. Ini karena memang bahan dasarnya berbeda kandungan kimia yang memang nggak akan bisa bercampur secara homogen. Contoh paling gampang, ya kayak air dan minyak. Mau dicampur seperti apapun, ya tetap akan terpisah.
Jadi jelas ya, rem cakram pada motor perlu dirawat. Selain membersihkan mulai piringan cakram, kaliper dan master-nya, penggantian minyak rem secara rutin dan teratur akan menjamin kinerja rem tetap maksimal sekaligus fungsi lain minyak rem merawat bagian dalam sistem rem , tetap terjaga.
Semoga berguna
banyak yang merasa ga perlu ganti minyak rem karena berpatokan masih penuh, kalo udah berkurang baru deh diganti/ditambah 😀
LikeLike
saia dulu juga gitu paklek, tapi, setelah ketemu mbahyut, hidup saia jadi berubah
ada manis-manisnya gitu 😆 😆
LikeLike