Beberapa waktu yang lalu, sebenarnya dikabari teman dari YPAC Malang, kalau Kamis 8/10/2015 bakal diadakan Ujian SIM khusus Difabel oleh Polres Malang Kota. Berhubung kerjaan bener-bener gak bisa ditinggal, ya wis, akhirnya gak bisa kesana, menyaksikan langsung. Lho, kok kenal YPAC segala? Iya masbro, kenalnya karena pelayanan rutin tempat kerja saia ke YPAC dan beberapa lembaga sosial di Malang 😉

Akhirnya, baru sempat nulis sekarang ini, maaf, kalo gambar gak ada yang original, semua dari hasil pencarian di internet 😦

Menurut rekan staf di YPAC tadi, sebenarnya, sudah agak lama, pihak Polres Malang Kota berkoordinasi dengan YPAC, untuk mensosialisasikan rencana ujian SIM D tersebut. Kenapa kok di YPAC? Salahsatunya, karena keterbatasan kemampuan rekan-rekan difabel, kemudian juga untuk memudahkan koordinasi dan tidak campur aduk dengan rekan-rekan pencari SIM yang non difabel. Ada sekitar 30 orang yang mendaftar dan ikut tes ujian SIM. Ujiannya juga sama saja dengan yang lain, ada ujian teori dan ujian praktek. Khusus ujian teori, tidak menggunakan sistem komputerisasi seperti di Satpas SIM, tapi menggunakan cara manual, dengan mengerjakan soal di kertas. Sedangkan ujian praktek, sama saja, menurut beliau. Ya ada acara muter-muter di kun, membuat formasi angka 8, dan lain-lain.

Untuk kendaraan yang dipakai, semuanya adalah kendaraan pribadi mereka, karena semuanya sudah dimodifikasi khusus untuk mengakomodasi kebutuhan mereka. Seperti misalnya dimodif menjadi roda 3, persneling diubah menjadi tongkat/batang layaknya di kendaraan R4 dan lain-lain. Pernah saia tulis juga disini https://aslimalang.wordpress.com/2011/09/30/alternatif-modifikasi-motor-untuk-rekan-kita-penyandang-cacat/

Untuk jalur ujian praktek,cone/kun pembatas, dan berbagai perlengkapan ujian lainnya, telah disiapkan oleh pihak Polres Malang Kota. Piye, jos tenan to silup-e??

Semoga kedepan, layanan untuk rekan-rekan difabel ini dapat terus dilaksanakan oleh semua instansi.  “KAMI MEMANG BEDA, TAPI KAMI TIDAK MAU DIBEDAKAN” itu kata-kata yang tertanam di pikiran saia kala bertemu salah seorang difabel netra, pak Bambang Basuki, yang mengalami kebutaan di usia sekolah. Beliau merupakan salahsatu pendiri Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) dan juga Yayasan Mitra Netra di Lebakbulus, Jakarta.

Semoga berguna, dan terus semangat untuk rekan-rekan difabel

Gambar : timesindonesia.com, malangkotanews.com, suryamalang.com, google