Pagi masbro..
Istilah microsleep beberapa waktu belakangan makin mengemuka. Begitu banyak kecelakaan yang disinyalir karena microsleep ini, karena nyaris tak dirasakan oleh pengendara. Perasaan maksruutt..berkedip sekejap, tahu-tahu, kendaraan sudah pindah jalur.
Pernah ngalami sendiri, sekitar tahun 2000 awal, ketika turing berempat ke Bali. Memang terasa sudah ngantuk banget, saia paksakan karena boncenger juga ngantuk dan capek. Perasaan mata kayak berkedip rada lama sekitar 1-2 detik, tahu-tahu motor sudah pindah jalur, yang kebetulan jalur ada 4 lajur. Macam menyeberang, dan baru tersadar ketika diklakson teman di motor belakang. Langsung deh, berhenti di tepi jalan, lalu matikan motor dan turun lanjut duduk manis sambil ngos-ngosan. Bersyukur banget, lalu lintas sangat sepi, kalau misal ada kendaraan lain, waduh…
Saia dapat bacaan tempo hari, dan secara sederhana, sangat masuk akal saia yang minim soal hitungan 😆 Ada perhitungan sains sederhana, yaitu secara matematis tentang microsleep ini
Kayak gini nih ilustrasinya. Misalkan kecepatan, ambil saja kecepatan rata-rata, 60 km/j alias 60 kilometer per jam. Kalau satuan kecepatan diubah ke satuan detik, setara dengan 1 km/menit, dan bila disederhanakan adalah 16,6 meter/detik
Asumsikan kondisi microsleep sekitar 1-2 detik, kita ambil nilai tengahnya saja, 1,5 detik. Berarti, bila dengan kecepatan maka, lintasan yang dilewati saat terjadi microsleep adalah 1,5 x 16,6 m/detik = 25 meter.
Buset, ketiduran 1,5 detik saja, kita sudah melintasi jalan sepanjang 25 meter. Itu dengan asumsi jalan lurus dan sepi, dan jalannya kendaraan bisa lurus. Lha kalau jalan umum, ramai pengguna jalan lain? Modyar…pasti langsung menghantam kendaraan lain deh
Memang sih, ada asumsi lain, ketika ketiduran, pasti puntiran gas, atau refleks kaki melepas tekanan ke pedal gas mobil bisa jadi berkurang atau melepas gas. Tapi bisa saja toh, ada refleks lain yang berlawanan, malah memuntir gas alias menekan gas lebih dalam?
Yah, dari perhitungan sederhana ini, kita bisa lihat bahayanya kala mengantuk di perjalanan. Maka dari itu, pihak berwenang tak pernah bosan menghimbau agar pengendara beristirahat bila merasa mengantuk saat dalam perjalanan.
Istirahat dan tidur sejenak adalah obat kantuk paling efektif. Tak perlu memaksakan diri, istirahat beberapa waktu tak sebanding dengan resiko yang dihadapi. Mending terlambat sampai karena tidur dan istirahat daripada cepat namun resiko kecelakaan
Idealnya, menurut pengalaman saia pribadi, kalau turing atau motoran jarak jauh, istirahat setelah 2-3 jam berkendara adalah pas. Selain mengistirahatkan badan, juga memberikan kesempatan pada kendaraan untuk menurunkan temperatur mesin. Aman baik untuk pengendara maupun kendaraan
Semoga berguna