Sejarah hadirnya lampu lalu lintas alias traffic light

Pagi masbro..

Lampu lalu lintas, atau traffic light memang sangat penting keberadaan  dan fungsinya bagi semua pengguna jalan. Nggak hanya pengemudi mobil dan pengendara sepeda motor, tapi juga pejalan kaki.

Meski sering disepelekan dan bahkan sering diabaikan (padahal akibatnya fatal), nggak dipungkiri, 1 set lampu yang punya warna merah-kuning-hijau ini adalah penentu kelancaran lalu lintas. Btw, tahu nggak, mulai kapan sih ada yang namanya lampu lalu lintas alias TL?

Ternyata, masalah lalu lintas, sudah ada di jalanan sejak jaman belum ditemukannya kendaraan bermotor. Weleh, lama banget ya ternyata?? Yups, sejak jamannya kereta kuda dan pejalan kaki,  problem lalu lintas yang semrawut telah menghinggapi jalan-jalan perkotaan. Salah satunya di Inggris sono,  tepatnya kota London. Saat itu, manajer kereta api Inggris, John Peake Knight, menyarankan untuk mengadaptasi metode semaphore yang biasa digunakan kereta api untuk mengontrol lalu lintas di jalan raya. Buat yang nggak tahu semaphore , itu adalah isyarat bendera dengan gerakan tertentu untuk kode tertentu pula. Kayak gini nih kode semaphore , yang hingga kini masih dipakai oleh Pramuka

Pada metode adaptasi Knight, sinyal lalu lintas secara sederhana punya 2 tanda saja. Yaitu STOP dan GO saja alias jalan dan berhenti. Sinyal ini, akan menampilkan tanda “Stop” dan “Go” di siang hari, dan pada malam hari, untuk menambah daya tarik, lampu berwarna merah dan hijau digunakan. Lampu gas akan menerangi tanda tersebut. Seorang petugas , polisi tentunya,  bertugas untuk mengoperasikan sinyal lalu lintas tersebut.

Sinyal lalu lintas pertama di dunia tersebut dipasang dan difungsikan pada 9 Desember 1868, di persimpangan Bridge Street dan Great George Street di wilayah Westminster, London. Sayang, hanya berselang sebulan, seorang petugas polisi yang bertugas mengontrol sinyal tersebut terluka ketika kebocoran gas menyebabkan salah satu lampu meledak. Memang sih, karena teknologi saat itu yang masih tradisional, sehingga keamanan masih belum maksimal. Gas yang dipakai sebagai sumber pembakaran cahaya lampu, bocor. Karena dianggap membahayakan, penggunaan lampu lalu lintas berbahan bakar gas ini akhirnya dihentikan, terutama saat malam hari.

Selang beberapa puluh tahun kemudian, sinyal lalu lintas mulai populer kembali, terutama di Amerika Serikat, hampir berbarengan dengan hadirnya kendaraan otomotif termasuk mobil. Tahun 1910, seorang penemu Amerika, Ernest Sirrine, memperkenalkan sebuah alat pengatur sinyal lalu lintas otomatis di Chicago. Alat pengatur sinyal lalu lintas ini memakai dua lengan tanpa bercahaya dan berotasi pada satu sumbu.  Sinyal tersebut menampilkan tanda “Stop” dan “Proceed”. Kayak gini nih desain dari si Ernest Sirrine

Sistemnya sederhana sekali alias manual, dan mengandalkan sistem pegas.

Sementara, selang 2 tahun kemudian, teknolgi listrik mulai digunakan untuk TL. Lampu lalu lintas listrik pertama yang menggunakan lampu berwarna merah dan hijau ditemukan pada tahun 1912 oleh Lester Farnsworth Wire,  yang merupakan polisi di Salt Lake City, Utah. Sinyal lalu lintas buatan Wire berupa benda kotak dengan atap penutup,  punya empat sisi dimana si lampu itu terpasang dan terpasang pada sebuah tiang. Benda tersebut ditempatkan ditengah-tengah persimpangan dan dioperasikan dengan tenaga listrik. Jadi, disambungkan dengan kabel listrik tuh. Seorang petugas polisi harus mengatur lampunya secara manual, yaitu menekan semacam saklar untuk merubah nyala lampu dari lampu merah ke lampu hijau

Nah, nama  sinyal lalu lintas listrik pertama ternyata akhirnya  diberikan pada seorang yang bernama James Hoge. Sistem rancangannya ini diaplikasi pada 5 Agustus 1914 di Cleveland, dan sudah dipatenkan pada saat itu. Sinyal lalu lintas ala Hoge menggunakan kata-kata “Stop” dan “Move” yang bisa menyala karena dilengkapi bola lampu listrik yang dipasang pada tiap arah persimpangan jalan. Sistem ini juga menggunakan kabel listrik, namun disambungkan dengan markas kepolisian dan pemadam kebakaran setempat,  sehingga polisi dan departemen pemadam kebakaran bisa menyesuaikan irama lampu kalo dalam kasus darurat.

 

Sementara itu, penemu lain juga terus berlomba mematenkan desain lampu TL mereka masing-masing, yang diklaim lebih baik. Salah satunya, William Ghiglieri dari San Fransisco yang mematenkan sinyal lalu lintas otomatis pertama yang menggunakan cahaya merah dan hijau pada 1917. Rancangan Ghiglieri memiliki opsi untuk dioperasikan secara manual atau otomatis, dan tetap menggunakan listrik sebagai tenaganya. Lalu, ada lagi penemu lain yaitu William Potts, seorang polisi Detroit, mengembangkan beberapa sistem lampu lalu lintas otomatis, termasuk sinyal tiga warna, yang menambahkan lampu kuning sebagai tanda untuk “hati-hati”. Desain ini ditemukan pada tahun 1920

Sedangkan sinyal untuk pejalan kali, bukan hanya untuk kendaraan nih,  pertama kali digabungkan dengan lampu lintas pada tahun 1930-an. John S. Allen, penemu asal Amerika, mengajukan hak paten sistem temuannya, yaitu sinyal lalu lintas khusus untuk pejalan kaki. Sinyal khusus pejalan kaki ini, masih berupa lampu juga, yang dipasang pada tepi trotoar yang memberikan tanda kapan boleh melintas atau menyeberang.

Seiring berkembangnya teknologi, meski tetap mengandalkan listrik sebagai tenaga utamanya, kini lampu TL terus bermetamorfosa. Nggak hanya terpaku pada sistem timer atau pengatur waktu untuk menyala merah atau hijau. Sistem cerdas yang berbasis dari kamera CCTV pemantau lalu lintas, bisa mengatur interval nyala lampu. Bila kepadatan rusa jalan tertentu dirasa sangat padat, tanpa memerlukan operator, secara otomatis sistem akan merubah interval waktu menyala si lampu merah. Asyik dan canggih kan?

Tapi, tetap dibutuhkan tanaga manusia sebagai pengawas dan juga operator. Ngak bisa secara keseluruhan dilepas begitu saja, kalau ada error, gimana coba, apa nggak fatal? Termasuk nih, kombinasi apik antara operator, kamera CCTV dan lampu TL kala ada pelanggar di titik lampu merah. Macam TL bisa bicara gitu, hehehehe, mengingatkan pengendara yang melanggar.

Semoga berguna

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s