Cuilan sejarah, kodefikasi plat nomor kendaraan di Indonesia

Pagi masbro..

Bicara tentang nopol, alias nomor polisi, pasti paham dengan kode huruf didepan angka. Misal B 1234 UHUI, atau N 1 NN, serta L 444N I. Huruf didepan angka, semua sudah paham kalau menunjukkan daerah atau area tertentu di wilayah Indonesia. Seperti B dari daerah DKI Jakarta, N untuk area karesidenan Malang yang antar lain mencakup Malang Raya, Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya, serta L untuk area Surabaya.

Sejarah Plat nomor di Indonesia, ternyata tak lepas dari sejarah nih, terutama berkaitan dengan kedatangan bangsa Inggris di Indonesia.

Tepatnya di tahun 1810, Inggris membawa 15.600 bala tentara dengan menaiki 60 kapal dari daerah koloninya di India yang didatangkan langsung ke Batavia untuk merebut Jawa dari tangan Belanda. Belasan ribu pasukan tersebut terbagi menjadi 26 batalion yang dinamai dengan kode huruf A hingga Z. Contoh Batalion A, Batalion B dan seterusnya. Untuk memudahkan penyebutan serta identifikasi pasukan nih, secara jumlahnya memang capai belasan ribu orang.

Usai menyerang Belanda, dan Inggris menduduki Batavia sebagai ibukota, dibuatlah sebuah peraturan mengenai kendaraan yang melintas di jalan raya. Inggris kemudian memberi tanda huruf B untuk kereta kuda agar mudah dikenali. Mengapa huruf B? karena wilayah Batavia direbut oleh pasukan Batalion B. Penomorannya, relatif sama seperti penomoran kendaraan sekarang di mana huruf B di depan diikuti dengan angka. Misal kereta kuda kelir biru, nopol, eh, nomornya B 1234. Sudah, gitu saja, sederhana.

Setelah Batavia, wilayah yang selanjutnya diduduki pasukan Inggris ini adalah Banten yang dilakukan oleh pasukan batalion A. Kemudian di sana mereka juga menandai wilayah tersebut dengan kode A. Wilayah selanjutnya yang direbut adalah Surabaya (batalion L) dan Madura (batalion M) pada tanggal 27 Agustus 1811. Wilayah lainnya juga berhasil direbut oleh masing-masing batalion sesuai dengan huruf wilayah plat nomor kendaraan pada jaman sekarang.

Sedangkan Batalion G bergerak menuju Pekalongan sebagai daerah termaju di pantura Jawa Tengah bagian barat,melucuti senjata tentara Belanda dan hingga saat ini penggunaan plat G adalah merujuk pada Batalion G Pasukan Inggris yang mengambil alih kekuasaan di Pekalongan dan sekitarnya. Hingga akhirnya keseluruhan pulau Jawa dapat jatuh ke tangan Inggris pada tanggal 18 September 1811

Lha terus, kalau seperti beberapa daerah di Jawa Tengah, yang nopol kendaraannya 2 huruf didepan, macam AA di Magelang, AB di Yogyakarta dan AD di Solo, gimana tuh??

Begini ceritanya..  Pada saat itu Kesultanan Mataram berdiri sendiri dan belum menjadi wilayah Belanda. Namun pada akhirnya, Kesultanan Mataram menyerah juga nih, dan bergabung bersama Inggris. Selanjutnya, sebagai penguasa dan penjaga keamanan di beberapa daerah yang telah disebutkan tadi, ditempatakanlah Batalion A dan Batalion B untuk menjaga area Yogyakarta sehingga alhasil muncullah kode AB tersebut. Sementara di area Magelang hanya ditempatkan batalion A saja sehingga diberi kode AA. Hal serupa juga ditemui di beberapa daerah lainnya, seperti Yogyakarta dengan Batalion AD

Setelah Inggris menduduki Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles akhirnya membentuk wilayah administratif atau Karesidenan sesuai kode batalion yang disebutkan sebelumnya. Bahkan, saat Belanda kembali ke Indonesia di tahun 1816, sistem ini masih terus diterapkan hingga ke beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti halnya Sumatera Selatan, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Kini wilayah Karesidenan tersebut lebih dikenal sebagai ibu kota maupun kabupaten.

Plat nomor kendaraan di berbagai wilayah di Indonesia dibedakan sesuai karesidenan yang dahulunya diputuskan oleh Inggris

Terus, kok nggak ada kode lain seperti huruf C, I, J, O, Q, U, V, W, X, Y dan Z?   Usut punya usut, batalion dengan kode-kode tersebut hanya menjadi pasukan back-up atau cadangan alias reserve unit saja saat itu.

Khusus kode W dan Z memiliki sisi historisnya sendiri yang kini ternyata diaplikasikan tanpa mengadopsi sistem batalion tersebut. Ya, kode wilayah W untuk Sidoarjo, dahulu masih satu kesatuan dengan Surabaya berkode L. Namun semenjak tahun 2000, Polres Gresik dan Sidoarjo menetapkan kodefikasi sendiri menggunakan huruf W. Jadi penetapannya, terbilang masih baru di era milenium, bukan era penjajahan :mrgreen:

Sedangkan Surabaya masih tetap menerapkan kode L , seperti awalnya saat penetapan oleh jama penjajahan Inggris. Hal yang sama terjadi juga dengan kode Z yang sebelumnya masih berkode D yang merupakan Eks-Karesidenan Parahyangan.

Nah, sekarang jadi paham sejarah kan? Mumpung bulan kemerdekaan nih, yuk belajar sejarah bareng. Banyak yang belum dan perlu kita ketahui bersama tentang negeri tercinta Indonesia ini

Merdeka!!!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s